Tadi pagi nongkrong di Lawson bentar sepulang kelas pagi
buat makan sundae, terus makan soto di kantin kampus bareng
Menur Indreswari. Iya,
ini nggak penting. Tapi obrolan kecil bareng Menur hari ini cukup berbobot,
seringnya nggak penting, jadi aku kepikiran buat nulis. Halah.
Tema pagi ini: kebetulan.
Diangkat ke permukaan secara nggak langsung dengan
pertanyaan Menur; eh, Na. Tahu nggak sih kalo daun yang jatuh itu bahkan udah ditakdirkan?
Ya. Mungkin yang selama ini aku tahu itu sisi romantisnya. Semacam
kalimat mutiara sesat yang memang sering menyesatkan. ‘Daun yang gugur tak
pernah menyalahkan angin yang bertiup’. Sering banget diimplementasikan
remaja-remaja galau dengan; ‘Aku nggak pernah nyalahin kamu meski kamu bikin
aku sakit’. Tetot.
Ini lebih kompleks dari sekadar hubungan antara aku-dan-kamu.
Lebih rumit dari sekadar hubungan antara satu-dengan-yang-lainnya.Ini mengenai hubungan sebab-dan-akibat yang berantai. Ini tentang hidup yang semuanya serba bersinggungan.
Agak menyambung entri sebelumnya, sebenarnya kebetulan itu nggak ada. Yang ada itu takdir. Kebetulan ketemu si A di minimarket depan kampus, semisal. itu bukan kebetulan. Itu udah ditakdirkan. Mungkin kamu pergi ke minimarket karena diajak temenmu, lalu si A pergi ke minimarket karena butuh beli minum. Penyebabnya nggak ada hubungannya, kan? Seandainya temenmu nggak ngajakin kamu ke minimarket, atau si A nggak butuh minum, apa kalian ketemu di minimarket?
Pernah kepikiran, nggak, soal itu?
Obrolan kecil pagi ini sukses bikin aku bersyukur aku ditakdirkan untuk ada disini. Diantara teman-teman baru yang luar biasa. Salah satunya, mereka:
Atas, dari kiri: Menur Indreswari, Revina Dewi, Yasinta Adhiguna, Aku, Ratna Mayasari, Mahestu Nugraheni, Nandini Kusuma Hapsari.
Bawah, dari kiri: Muhamad Ardiansyah, Nurdian Yogi Ermanto, Bangga Hana Pramana, Grand Andika Muhammad Dinasti Purnama
Iya, aku tahu ini udah lama. Latepost-lah istilah kerennya. Tapi sayang banget kan kalo nggak aku tulis? *ketawa setan*. Ini udah dua bulanan yang lalu, sekitar akhir Maret. Yaaaaap, ulangtahunku :D
Jadi tepat jam 00.00 ini mereka ngasih kejutan rame-rame. Mereka sebenarnya perpaduan dari tiga tempat gaulku; Kos Marina 1, Kalmong99, daaaan temen sekelas. Ya salah duanya Revina Dewi sama Menur. Lagi.
Dari jam sembilan malam, kosan sepiiii banget. Sedihlah. niatnya kan mau nggak tidur sampe ganti hari rame-rame ngegosip sama temen temen kos. Eh, membusuk sendirian.Sedih.
Akhirnya memutuskan buat tiduran di kamar, main bb. Tetep aja sepi. Makin sedih. Jam setengah duabelas malam, Mbak Yasinta pulang dan dengan panik bilang kalo kartu ATMnya hilang. Minta temenin nyari di jalanan sekitar kos. Alhasil, dengan kondisi panik kayak gitu, aku bener-bener yakin kalo nggak ada yang ingat kalo setengah jam lagi aku ulang tahun. Hahaha. Sedih total.
Setelah ganti baju, kami bertiga, plus Mbak Hestu, turun dan buka pintu. Diluar disambut beginian:
Abaikan angka yang tertera pada donat-donat itu.
Terus, saat lagi bahagia-bahagianya, lagi nggak fokus, disiram dari belakang dan ditepungin setelah tiup lilin:
Bahkan tidak ada yang bersedia menyelamatkan bb malang ini dari medan tempur -_-
Dicocol cokelatnya donat juga. yang ini kerjaan Mas Cemo. Bapak bangsa:
|
udah mirip Pangeran Zuko -_- |
|
|
Habis ngerjain, mereka lari menjauh. Tapi aku cukup gesit dan nangkep Revina. muahahaha:
|
Nggak bisa lari, takut HP barunya jatuh :P |
Jadilah aku mandi kembang tengah malam. Bertepung. Lecek. Nggak mungkin nggak mandi juga. Sehabis mandi, mereka masih nungguin dibawah. Masih ada kejutan Part II ternyata. Kejutan yang ini nggak lucu sama sekali, jadi nggak perlu ditulis. *ketawa lagi*.
Sebagai anak gaul Bintaro, wajib Selfie dulu. Dipelopori oleh Bapak Bangsa:
|
Revina lagi balas bbm si abang beceh -_- |
Oke, yang ini memang agak absurd:
|
Bangga - Yogi, lagi apa kalian? -_- |
Beberapa personil Kalmong99 yang nggak bisa secara langsung ngucapin juga ngirim video lucu. Next time diupload kalo wifi lagi kenceng:
BIG THANKS!!!
|
Galuh Wicaksono, Mohamad Irfan Basuki, Bangga, Ratna, Burhan Pirzada, Mas Cemo |
|
|
Itulah. Kebetulan macam apa yang bisa menggiringku masuk ke lingkungan mereka? Bukan kebetulan biasa. Ini takdir. Takdir yang seringkali kita lupakan. Garis bikinan Tuhan yang sering kita sepelekan. menganggap semuanya terjadi tanpa sengaja, padahal dengan jelas sudah diatur segalanya.
Setelah sadar tentang fakta kecil ini, satu hal yang harus benar-benar diperbanyak: bersyukur.
Bersyukur dengan apa saja yang terjadi pada kita. semuanya pasti ada hikmahnya. Ada balasannya. Didepan sana masih banyak takdir-takdir baik lain yang menunggu kita. Semakin banyak bersyukur, semakin terasa indah juga hidup ini. Sudah ada garis Tuhan yang akan membimbing kita. Jalan manapun yang kita pilih, jalur manapun yang kita tempuh, hasil akhirnya akan sama-sama terasa indah, asal kita bisa mensyukuri itu semua.
Oh iya, sudahkah aku bilang kalau ulang tahun yang kemarin itu bener-bener istimewa?
Terimakasih, semuanya. Aku bersyukur punya kalian.